Dalam Al-qur’an Allah berfirman:
يا ايها الذين امنوا ادخلوا في السلم كافة ولا
تتبعوا خطوات الشيطان انه لكم عدو مبين
“Hai orang-orang yang beriman masuklah ke
dalam agama islam secara kaffah dan janganlah kalian mengikuti langkah-langkah
syetan. Sesungguhnya dia adalah musuh yang nyata bagimu.” (Al-baqarah:208)
Pada ayat ini, Allah menyeru kepada orang-orang yang beriman agar
memeluk islam secara kaffah. Yang dimaksud dengan islam kaffah adalah
melaksanakan segala syariat islam secara keseluruhan, tidak memilah-milah
antara aturan agama yang satu dengan yang lainnya (apabila suka dengan syariat
tersebut kita laksanakan, dan apabila tidak suka kita tinggalkan) karena bisa
jadi apa yang tidak kitra sukai merupakan seseatu yang baik bagi kita. Allah
berfirman:
كتب
عليكم القتال وهو كره لكم وعسى ان تكرهوا شيئا وهو خير لكم وعسى ان تحبوا شيئا
وهو شر لكم والله يعلم و انتم لا تعلمون
“Diwajibkan atas kamu berperang, padahal itu tidak menyenangkan bagimu.
Tetapi boleh jadi kamu tidak menyukai sesuatu padahal itu baik bagimu. Dan
boleh jadi kanu menyukai sesuatu padahal itu tidak baik bagimu Allah maha
mengetahui sedangkan kamu tidak mengetahui” (Al-baqarah 216)
Syaikh Taqiyuddin
an-Nabhani dalam kitab Nidzam Islam mendefinisikan Islam sebagai agama
yang diturunkan oleh Allah swt. kepada Rasulullah saw. untuk mengatur hubungan
manusia dengan penciptanya, dengan dirinya dan dengan manusia lainnya. Definisi
ini menggambarkan agama Islam yang sempurna dan tidak membutuhkan yang lain.
Jika digabung dengan definisi kaffah diatas, maka berarti melaksanakan
aktifitas yang berhubungan dengan al-khaliq (yang berkaitan dengan
aqidah dan ibadah), dirinya sendiri (yang berkatan dengan akhlak, pakaian dan
makanan) serta dengan manusia yang lain (dalam hal ini mu’amalah dan uqubat)
dengan aturan Allah swt. yang dibawa oleh Rasulullah saw. kesemuanya tanpa
terkecuali. Dan barang siapa yang meninggalkan sebagian syariat islam,
maka dia telah meninggalkan semua syariat islam karena antara syariat yang satu
dengan yang lainnya saling berkaitan.
Sebab turunnya (sababun nuzul) ayat ini, sesuai riwayat dari Ibnu
Abbas berkaitan dengan Abdullah bin Salam dan kawan-kawannya –para shahabat
yang masuk Islam dan dulunya adalah pemeluk Yahudi— yang telah beriman kepada
Nabi Muhammad SAW dan syariat Islam yang dibawa beliau, akan tetapi tetap
mempertahankan keyakinan mereka kepada sebagian syariat Nabi Musa AS. Misalnya,
mereka tetap menghormati dan mengagungkan hari Sabtu serta membenci daging dan
susu unta. Hal ini telah diingkari oleh shahabat-shahabat Rasulullah SAW
lainnya. Abdulah bin Salam dan kawan-kawannya berkata kepada Nabi SAW,
“Sesungguhnya Taurat adalah kitabullah. Maka biarkanlah kami mengamalkannya.”
Setelah itu, turunlah firman Allah surat al-Baqarah [2]: 208 di atas.
Sedangkan kaifiyah (tata cara) agar seorang mu’min bias
menjadi muslim kaffah juga dijelaskan pada potongan ayat selanjutnya yaitu
dengan tidak mengikuti langkah-langkah syetan karena syetan adalah musuh yang
nyata bagi manusia. Al Ustadz Sayyid Quthb rahimahullah ketika
mengomentari ayat di atas, beliau mengatakan: “Tatkala Allah menyeru
orang-orang yang beriman agar masuk ke dalam Islam secara kaffah (total),
Dia juga mengingatkan mereka dari mengikuti langkah-langkah syetan. Karena di
sana tidak ada kecuali dua arah. Masuk ke dalam Islam secara kaffah atau
mengikuti langkah-langkah syetan. Petunjuk atau kesesatan. Islam atau
jahiliyah. Jalan Allah atau jalan syetan. Petunjuk Allah atau kesesatan syetan.
dengan ketegasan seperti ini seharusnya seorang muslim mampu mengetahui akan
keberadaannya, sehingga tidak terombang-ambing, tidak ragu-ragu dan tidak
bingung di antara berbagai jalan dan arah.
Di sana tidak ada berbagai manhaj (metode) yang salah satunya dipilih oleh seorang mukmin, atau dicampur aduk antara yang satu dengan yang lainnya. Tidak. Sesungguhnya orang yang tidak masuk ke dalam islam secara kaffah (total), tidak menyerahkan dirinya secara tulus kepada kepemimpinan Allah dan syari’at-Nya, orang yang tidak melepasakan semua konsepsi, metode dan syari’at lainnya, sesungguhnya ia telah berada di jalan syetan serta berjalan di atas langkah-langkah syetan.
Di sana tidak ada solusi tengah, tidak ada manhaj gado-gado, tidak ada langkah setengah-setengah. Di sana yang ada hanya kebenaran dan kebathilan. Petunjuk dan kesesatan. Islam dan jahiliyah. Manhaj Allah dan kesesatan syetan. Allah menyeru orang-orang yang beriman pada bagian yang pertama untuk masuk ke dalam Islam secara total (kaffah), serta mengingatkan mereka pada bagian kedua dari mengikuti langkah-langkah syetan. Kemudian hati dan perasaan mereka tersadar dan rasa ketakutan mereka tersentak dengan peringatan permusuhan syetan terhadap mereka. Permusuhan yang sangat jelas lagi nyata, yang tidak akan pernah dilupakan kecuali oleh orang yang lalai, sedangkan kelalaian tidak akan terjadi bersama keimanan.” (Tafsir fi Zhilali al Qur’an, 1/211). Diantara langkah-langkah syetan adalah melakukan perbuatan maksiat dan melakukan perbuatan dosa, baik dosa kecil maupun dosa besar.
Di sana tidak ada berbagai manhaj (metode) yang salah satunya dipilih oleh seorang mukmin, atau dicampur aduk antara yang satu dengan yang lainnya. Tidak. Sesungguhnya orang yang tidak masuk ke dalam islam secara kaffah (total), tidak menyerahkan dirinya secara tulus kepada kepemimpinan Allah dan syari’at-Nya, orang yang tidak melepasakan semua konsepsi, metode dan syari’at lainnya, sesungguhnya ia telah berada di jalan syetan serta berjalan di atas langkah-langkah syetan.
Di sana tidak ada solusi tengah, tidak ada manhaj gado-gado, tidak ada langkah setengah-setengah. Di sana yang ada hanya kebenaran dan kebathilan. Petunjuk dan kesesatan. Islam dan jahiliyah. Manhaj Allah dan kesesatan syetan. Allah menyeru orang-orang yang beriman pada bagian yang pertama untuk masuk ke dalam Islam secara total (kaffah), serta mengingatkan mereka pada bagian kedua dari mengikuti langkah-langkah syetan. Kemudian hati dan perasaan mereka tersadar dan rasa ketakutan mereka tersentak dengan peringatan permusuhan syetan terhadap mereka. Permusuhan yang sangat jelas lagi nyata, yang tidak akan pernah dilupakan kecuali oleh orang yang lalai, sedangkan kelalaian tidak akan terjadi bersama keimanan.” (Tafsir fi Zhilali al Qur’an, 1/211). Diantara langkah-langkah syetan adalah melakukan perbuatan maksiat dan melakukan perbuatan dosa, baik dosa kecil maupun dosa besar.
Imam Ibnu Qayyim Al-jauziyyah mengatakan bahwa diantara bahaya dan
dampak buruk kemaksiatan adalah:
v Terhalang melakukan ketaatan.
Kalaupun dosa itu tidak ada saksinya ketika di dunia, namun ia akan
menghalangi seseorang dari melakukan ketaatan. Demikian juga, ia akan
memutusnya dari melakukan ketaatan lainnya.
v Satu kemaksiatan akan melahirkan kemaksiatan lainnya.
v Melemahkan keinginan berbuat baik.
Dampak dari kemaksiatan adalah melemshksn keinginan berbuat baik
pada diri seorang hamba. Sebaliknya, keinginan untuk berbuat maksiat semakin
kuat sehingga keinginan bertaubat semakin melemah. Lambat laun, keinginan
bertaubat pun akan semakin melemah.
v Kemaksiatan menyebabkan setan jenis jin dan manusia semakin berani
kepada pelaku maksiat.
Jika seorang hamba berbuat maksiat, maka setan akan semakin berani
mengganggu, menggoda, membujuk, menakut-nakuti, membuatnya sedih, serta
menjadikannya lupa dari sesuatu yang memberikan kemaslahatan kepadanya jika dia
ingat, dan merugikan dirinya jika dia lupa.
Setan jenis manusia juga akan semakin berani kepadanya dengan
melakukan segala hal yang bias dilakukannya.
Adapun syetan untuk menyesatkan manusia melalui berbagai tahapan:
Ø Syetan jenis jin
· Mengajak manusia untuk kufur dan syirik
· Mengajak manusia kepada perbuatan bid’ah
· Mengajak manusia kepada dosa-dosa besar
· Mengajak manusia kepada dosa-dosa kecil
· Menyibukkan manusia kepada hal-hal yang mubah sehingga lupa pada
hal-hal yang wajib atau sunnah
· Menyibukkan dengan amalan-amalan yang kurang utama dari pada amalan
utama
Ø Syetan jenis manusia
· Mengajak umat islam agar mengikuti millah mereka. Sebagaiman
afirman Allah:
ولن
ترضى عنك اليهود ولا النصرى حتى تتبع ملتهم قل ان هدى الله هو الهدى ولئن اتبعت
اهواءهم بعد الذي جاءك من العلم ما لك من الله من ولي ولا نصير
Dan
orang-orang yahudi dan nasrani tidak akan rela kepadamu (Muhammad) sebelum
engkau mengikuti millah mereka. Katakanlah “sesungguhnya petunjuk Allah itulah
petunjuk (yang sebenarnya)” dan jika engkau mengikuti keinginan mereka setelah
ilmu (kebenaran) sampai kepadamu, tidak aka nada bagimu pelindung danpenolong
dari Allah. (QS. Al-baqarah: 120)
Dari keterangan di atas, sudah jelas bahwa cara menjadi muslim
kaffah adalah dengan melaksanakan segala perintah Allah dan menjauhi
larangan-Nya atau tidak mengikuti langkah-langkah syetan karena syetan adalah
musuh yang nyata bagi orang-orang beriman.
DAFTAR PUSTAKA
·
-------------.2007.
Al-qur’an terjemah. Jakarta: CV Darussunnah
·
Al-jauziyyah,
Ibnu Qayyim. 2005. Mukhtashar Ad-da’ wa Ad-dawa’. Solo: CV. Arafah Group
·
Rajih,
Muhammad Qurayyim. 2010. Qobasun Minal Qur’anil Karim. Solo: Maktabah Isykarima
Publishing
·
Abdurrahman,
Abu Muhammad Jibril. Senin, 01 Juni 2009. Mujahedeen Never Die: Islam Kaffah
(Islam Totalitas). /islam-kaffah-islam-totalitas_files/comment-iframe.htm.
0 komentar:
Posting Komentar